Published On:Senin, 01 Juni 2009
Posted by Agung Putra Dwijaya
Demokrasi Mati di Penghujung Literasi ~ Sebuah Puisi Karya Agung Putra Dwijaya
"Demokrasi Mati di Penghujung Literasi"
Menggelegar terdengar suara senapan
Jerit tangis pilu meminta pertolongan
Korban tak bersalah jatuh bergelimpangan
Dalam sekejap kehilangan harapan
Dari jauh kudengar suara tangisan
Membentuk harmoni penuh resah
Tangisan bayi yang menyesal dilahirkan
Di tanah yang penuh penjarah
Kemerdekaan yang direbut dengan susah payah
dalam sekejap dirusak tanpa rasa bersalah
Perjuangan yang penuh tumpah darah
Hanya dianggap sebagai kutipan sejarah
Negeri ini dibangun dengan banyaknya aturan
Sampai tertawa pun banyak pasal yang berhamburan
Negeriku katanya menjanjikan kemakmuran
Tapi masih kulihat jejeran pengangguran
Negeriku dikatakan damai sejahtera
Tapi ternyata masih banyak yang teraniaya
Negeriku juga disebut tanah surga
Tapi ternyata dikuasai penguasa
Aturan hukum ditujukan untuk publik
Tapi dirancang dengan berbisik
Jika berani mengusik
Siap-siap masuk ruang forensik
Hukum dijadikan alat transaksi
Manipulasi regulasi dijadikan hobi
Diskriminasi dilegalisasi
Hak asasi pun ikut dipolitisasi
Bahkan menyuarakan aspirasi
Masih belum tersentuh proklamasi
Keadilan mati ditikam tirani
Menuntut demokrasi di balik jeruji
Tak peduli bertentangan dengan kitab suci
Asal rekening bisa terus terisi
Sumpah dan janji kini hanya basa-basi
Demi kepentingan sanak famili
Itulah cerita tentang negeriku
Negeri yang berhasil membuatku candu
Yang ku teriakkan tanpa rasa ragu
Tapi justru membuatku malu