Published On:Selasa, 10 Desember 2013
Posted by Agung Putra Dwijaya
News 2 : Mengenang Trragedi Kereta Maut Bintaro Yang Merenggut 156 Nyawa
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata air mata
Belum usai peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah
Air mata air mata
Berdarahkan tuan yang duduk di belakang meja
Atau cukup hanya ucapkan belasungkawa aku bosan..."
Lirik lagu tersebut dinyanyikan musisi legendaris Iwan Fals untuk mengenang kecelakaan maut yang dikenal dengan tragedi Bintaro 19 Oktober 1987. Bang Iwan memberi judul albumnya 1910, kependekan dari tanggal 19 bulan kesepuluh. Seniman yang peka terhadap aneka tragedi kemanusiaan ini merasa perlu menulis lagu tentang penderitaan korban tragedi Bintaro.
Tragedi Bintaro memang luar biasa mengerikan. Ratusan nyawa melayang pagi itu. Ceceran darah dan mayat berserakan di antara badan kereta yang hancur. Ratusan korban terjepit di tengah kereta merintih minta diselamatkan.
Tak ada yang menyangka pagi di awal pekan akan menjadi bencana. Jam baru menunjukkan pukul 06.30 WIB, seperti biasa kereta sebagai sarana transportasi rakyat selalu berjubel.
Tragedi ini bermula saat Kepala Stasiun Serpong memberangkatkan KA 225 jurusan Rangkasbitung-Jakarta Kota ke Stasiun Sudimara.
Sementara itu Kereta Patas 220 Tanah Abang-Merak harusnya berhenti sebentar untuk menunggu KA 225 di Stasiun Kebayoran. Namun Petugas Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) di Stasiun Kebayoran tidak menghentikan KA 220 yang berisi ratusan orang itu.
Di Stasiun Sudimara, ada kesalahpahaman. Masinis KA 225 menyangka petugas PPKA sudah memberikan sinyal untuk berangkat. Masinis pun menggerakkan keretanya maju.
Sejumlah petugas PPKA terkejut. Mereka mencoba berlari mengejar kereta 225 agar berhenti. Bahkan ada yang mencoba mengejar naik sepeda motor.
Petugas PPKA, Djamhari, mencoba menghentikan kereta dengan memasang sinyal. Tapi tak berhasil. Djamhari tak putus asa. Dia berlari keluar kantornya dan mengibar-ngibarkan bendera merah tanda bahaya.
Namun gagal. Masinis tak melihatnya, kereta terus melaju.
Terjadilah bencana itu. Di tikungan S, sekitar 200 meter dari perlintasan Pondok Betung, dua kereta itu bertemu. Sudah terlambat untuk mengerem. Dua kereta yang sarat muatan manusia ini bertabrakan. Keduanya ringsek dan hancur.
156 Orang tewas dalam tragedi ini. Sementara tak kurang dari 300 orang terluka.
Kisah Tragedi Bintaro juga diangkat ke layar lebar. Sutradara Bruce Malawau membuat film dengan judul yang sama tahun 1989. Cerita di film ini diangkat dari kisah salah satu korban yang bernama Juned. Juned bersama neneknya berencana pindah dari Jakarta ke desa. Namun nahas, kecelakaan maut itu merenggut seluruh keluarganya. Kaki Juned pun diamputasi karena terjepit kereta.
Kini kecelakaan kereta kembali terjadi di dekat lokasi kecelakaan maut itu, Senin (9/12) Sedikitnya lima orang tewas dan 85 orang terluka. Penyebabnya truk bermuatan BBM menerobos perlintasan kereta. Api membakar habis badan truk. Sementara gerbong depan kereta terguling.
Tragedi Bintaro terulang.